Manusia Sebagai Mahluk Individu dan Mahluk Sosial

BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang

Manusia adalah makhluk sosial. Dimana sebenarnya manusia merupakan mahluk individu yang membutuhkan mahluk individu lain untuk bisa berinteraksi satu sama lain sehingga manusia dalam perkembanganya menjadi mahluk sosial. Dalam perkembangannya, pendapat dan sikap manusia dapat berubah karena interaksi dan saling berpengaruh antar sesama manusia maupun dengan proses sosialisasi.
Awalnya manusia belum terlahir dengan sifat sosial sehingga mereka berusaha mencari tahu apa yang ada diluar sana maupun didalam dirinya sendiri. Akhirnya beberapa individu mencoba berinteraksi satu sama lain dengan suatu topik atau tujuan tertentu untuk mencari tahu atau mengumpulkan informasi dari tujuan yang mereka cari. Terkadang dalam bersosialisasi manusia kurang memperhatikan aspek – aspek yang dapat menimbulkan hal – hal negatif maupun yang positif karena tidak semua kegiatan yang mereka lakukan itu baik. Sebagai makhluk individu  manusia merupakan bagian dan unit terkecil dari kehidupan sosial atau masyarakat dan sebaliknya sebagai makhluk sosial yang membentuk suatu kehidupan masyarakat, manusia merupakan kumpulan dari berbagai individu. Dalam menjalankan peranannya masing-masing dari kedua hal tersebut secara seimbang, maka setiap individu harus mengetahui dari peranannya masing-masing tersebut.

B.  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka bisa disimpulkan rumusan masalah sebagai berikut.
1.     Apa yang dimaksud manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial?
2.     Apa tujuan manusia bersosialisasi terhadap invidu yang lain?
3.     Apa saja yang menjadi kendala pada saat manusia sebagai mahluk individu berinteraksi terhadap mahluk individu lainnya?
4.     Bagaimana faktor – faktor dalam membentuk kepribadian individu ?

C. Tujuan penulisan

1.     Mengetahui bahwa manusia adalah mahluk individu dan mahluk sosial.
2.     Mengetahui penyebab manusia menjadi mahluk sosial.
3.     Mengetahui proses dalam membentuk manusia sebagai mahluk sosial.
4.     Mengetahui pengembangan manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial.



BAB II
Tinjauan Pustaka

Menurut Aristoteles(384-322 sebelum masehi), seorang ahli fikir yunani menyatakan dalam ajaranya, bahwa manusia adalah ZOON POLITICON, artinya pada dasarnya manusia adalah makhluk yang ingin selalu bergaul dengan berkumpul dengan manusia, jadi makhluk yang bermasyarakat.
Menurut Charlotte Buhler sosialisasi adalah proses yang membantu individu belajar dan menyesuaikan diri, bagaimana cara hidup dan berpikir kelompoknya agar dia dapat berperan dan berfungsi dalam kelompoknya.
Manusia dalam memenuhi kebutuhannya di ungkapkan oleh Adam Smith ( 1723-1790) dalam bukunya yang berjudul “ An Inquiry into the nature and causes of the wealth of nations”, yaitu Manusia merupakan makhluk ekonomi ( Homo Economicus) yang cenderung tidak pernah merasa puas dengan apa yang diperolehnya dan selalu berusaha secara terus menerus dalam memenuhi kebutuhannya.



BAB III
Pembahasan

A.  Manusia Sebagai Mahluk Sosial

Manusia tercipta sebagai mahluk pribadi sekaligus juga mahluk sosial. Sebagai mahluk pribadi, manusia berjuang untuk memenuhi kebutuhannya agar tetap bisa bertahan hidup. Untuk itu, manusia tidak dapat hidup dengan sendirinya. Manusia memerlukan orang lain untuk dapat mencapai tujuannya. Itulah sebabnya , adanya interaksi sehingga manusia dengan manusia lain sebagai mahluk sosial. Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, juga karena pada diri manusia ada dorongan dan kebutuhan untuk berhubungan (interaksi) dengan orang lain, manusia juga tidak akan bisa hidup sebagai manusia kalau tidak hidup di tengah-tengah manusia. Tanpa bantuan manusia lainnya, manusia tidak mungkin bisa berjalan dengan tegak. Dengan bantuan orang lain, manusia bisa menggunakan tangan, bisa berkomunikasi atau bicara, dan bisa mengembangkan seluruh potensi kemanusiaannya. Dalam proses bersosialisasi tersebut manusia mempelajari nilai – nilai yang ada dalam lingkungan sekitar mereka atau kelompok mereka agar dapat menjadi pribadi yang diterima di lingkungan sekitarnya ataupun dikelompoknya. Nilai – nilai yang dimaksud adalah manusia dapat berkembang dalam hal keterampilan dan pengetahuan mereka agar bisa tetap bertahan dalam kelompoknya, menambah kemampuan berkomunikasi secara efektif dan efisien serta kemampuan membaca, menulis, dan bercerita. Tentunya juga bisa membiasakan individu dengan nilai – nilai dan kepercayaan pokok yang ada di masyarakat. 
Terkadang ada pula individu yang tidak bisa menerima nilai – nilai yang ada di lingkungannya sehingga individu tersebut susah sekali untuk bisa berbaur dengan lingkungannya dan terkadang individu tersebut membutuhkan waktu yang lama untuk bisa menerima nilai – nilai tersebut. Dalam hal ini terkadang manusia harus mempunyai dorongan moral dari dalam dirinya maupun dari individu lain di lingkungan sekitarnya. Individu harus bisa menempatkan diri sebelum ia bisa berbaur dengan masyarakat, maka adanya hal - hal untuk memproses menyiapkan diri agar bisa diterima masyarakat. Kemampuannya menempatkan posisi pada orang lain mulai meningkat. Dia mulai menyadari adanya tuntutan untuk membela keluarga dan bekerja sama dengan teman – temannya. Lawan berinteraksi semakin banyak dan hubungannya semakin kompleks. Individu mulai berbaur dengan teman sebaya di luar rumah. Peraturan yang berlaku di luar keluarganya secara bertahap mulai dipahami. Sehingga menyadari bahwa ada norma tertentu yang berlaku di luar keluarganya. Kemudian sampai ia dewasa, ia mulai bisa bertenggang rasa tidak hanya dengan orang orang yang berinteraksi dengannya tapi juga dengan masyarakat secara luas. Proses ini tentunya juga memerlukan adanya peran – peran dari pihak terkait, seperti keluarga, teman bermain, sekolah, media massa. Pihak - pihak tersebut merupakan pihak utama dalam bersosialisasi. Semasa di rumah mungkin sang individu belum mempunyai teman lain selain anggota keluarga yang ada di dalam rumah itu. Kemudian ia keluar rumah untuk bersekolah dan mulai bertemu individu lain yang sebaya sehingga individu – individu yang lain saling bertemu dan bersosialisasi. Media massa dalam hal ini mempengaruhi bagaimana individu membentuk proses sosialisasi dengan penanaman nilai sosial yang bisa membentuk dan mempengaruhi opini publik. Seiring dengan proses sosialisasi, kepribadian invidu terbentuk, berkembang, dan berubah dengan dipengaruhi oleh beberapa faktor –faktor sebagai berikut.

a.   Faktor biologis

Semua manusia normal dan sehat memilikki persamaan biologis tertentu, seperti dua tangan, panca indera, dan otak yang rumit. Persamaan biologis ini membantu menjelaskan beberapa persamaan dalam kepribadian. Hal lain yang mempengaruhi  kepribadian individu yaitu kematangan biologis. Misalnya, anak yang berumur 2 tahun tentu tidak dapat membaca, meskipun dipaksakan belajar. Hal ini bukan disebabkan karena kepribadian yang aneh, tetapi kematangan otot matanya yang belum berkembang dengan baik.

b.   Faktor geografis (lingkungan fisik)

Orang yang mempunyai lingkungan yang menguntungkan untuk bertahan hidup mempengaruhi kepribadian seseorang. Misalnya, beberapa suku bangsa di afrika mengalami kelaparan berkepanjangan karena tempat mereka mencari nafkah telah banyak yang rusak, sementara di indonesia hanya nmemerlukan sedikit waktu untuk mendapatkan makanan yang dimakan sehari – hari karena alamnya lebih subur.

c.   Faktor pengalaman unik

Pada lingkungan keluarga yang sama, tidak ada individu yang memiliki kepribadian yang sama, meskipun berada dalam satu makanan yang tidak memiliki pengalaman yang sama. Begitu juga dengan pengalaman yang dialami oleh seseorang yang lahir kembar, tidak akan selalu sama.

            Dalam hal ini, proses sosialisai dapat membentuk kepribadian individu tersebut sehingga diperlukannya dorongan – dorongan dari internal maupun eksternal dalam membuat mahluk individu tersebut menjadi bagian dari mahluk sosial.

B. Interaksi Sosial

Interaksi sosial adalah suatu hubungan – hubungan sosial yang menyangkut hubungan antarindividu, individu dengan kelompok, maupun kelompok dengan kelompok. Tanpa adanya interaksi sosial maka tidak akan mungkin adanya kehidupan bersama. Dalam hal ini interaksi sosial begitu penting dalam mengembangkan potensial individu agar bisa diterima di masyarakat, sehingga adanya hubungan timbal balik atau saling mempengaruhi antar individu yang berlangsung sepanjang hidupnya didalam masyarakat. Bentuk – bentuk interaksi sosial adalah sebagai berikut.

a.   Asosiatif

Asosiatif terdiri dari kerjasama dan akomodasi. Kerjasama dalam hal ini dimaksud adanya orang perorangan atau keolompok dalam mencapai usaha maupun tujuan bersama, sedangkan akomodasi merupakann penyelesaian pertentangan tanpa menghancurkan pihak lawan sehingga lawan tidak kehilangan kepribadiannya.

b.   Disosiatif

Disosiatif terdiri dari persaingan, kontravensi, dan pertentangan. Persaingan diartikan dimana individu ataupun kelompok – kelompok manusia yang bersaing mencari keuntungan pada suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian umum dengan cara menarik perhatian publik atau mempertajam prasangka yang telah ada tanpa menggunakan ancaman atau kekerasan.

Jika proses interaksi sosial tidak berjalan maksimal akan menyebabkan terjadinya kehidupan yang terasing. Dalam hal ini misalnya sengaja dikucilkan dari lingkungannya, mengalami cacat, pengaruh perbedaan ras dan perbedaan budaya.



BAB IV
PENUTUP

A.  Kesimpulan

Manusia adalah makhluk individu dan juga makhluk sosial. Sebagai individu, ia mempunyai kemauan dan kehendak yang mendorongnya berbuat dan bertindak. Dari apa yang diperbuatnya dan dari sikap hidupnya, orang dapat mengetahui pribadi seseorang. Sebagai makhluk individu, manusia ingin hidup senang dan bahagia, dan menghindar dari segala yang menyusahkan. Untuk itu ia berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya, baik kebutuhan jasmani maupun kebutuhan rohani yang dapat membawa kesenangan dan kebahagiaan kepada dirinya.
Akibat dari hal itu, timbullah hak seseorang atas sesuatu, seperti hak milik atas sesuatu benda, hak menuntut ilmu, hak menikmati kesenangan dan lain-lainnya. Hak itu tidak boleh diganggu oleh orang lain. Akibatnya, orangpun merasa bahwa dialah yang berkuasa atas haknya. Kesadaran ini mendorongnya untuk bertindak sendiri, terlepas dari pengaruh orang lain. Hidup sebagai makhluk individu semata-mata tidak mungkin tanpa juga sebagai makhluk sosial. Manusia hanya dapat dengan sebaik-baiknya dan manusia hanya akan mempunyai arti apabila ia hidup bersama-sama manusia lainnya di dalam masyarakat. Hanya dalam hidup bersama manusia dapat berkembang dengan wajar dan sempurna. Hal ini ternyata bahwa sejak lahir sampai meninggal, manusia memerlukan bantuan orang lain untuk kesempurnaan hidupnya. Bantuan ini tidak hanya bantuan untuk memenuhi kebutuhan jasmani, tetapi juga untuk kebutuhan rohani. Manusia sangat memerlukan pengertian, kasih sayang, harga diri, pengakuan dan tanggapan-tanggapan emosional yang sangat penting artinya bagi pergaulan dan kelangsungan hidup yang sehat. Tak ada seorangpun yang dapat mengingkari hal ini, karena ternyata bahwa manusia baru dapat disebut manusia dalam hubungannya dengan orang lain, bukan dalam kesendiriannya.

B. Saran


Dalam mencapai keberhasilan bersama sebagai mahluk sosial adalah memiliki tujuan luhur yang dilakukan dengan bersama – sama sehingga dengan mudah mendapatkan tujuan yang ingin dicapai. Mencoba untuk menahan diri apabila adanya benturan terhadap kepentingan pribadi. Mari bersama – sama kita tanam perilaku positif agar tidak adanya kesenjangan antar individu dalam menjalani hidup sebagai mahluk sosial agar mampu menjalani hidup sebagai individu yang toleran dalam kehidupan sosial.

          

Daftar pustaka

·        Muin, Idianto. 2006. Sosiologi SMA/MA Kelas X. Jakarta: Erlangga
·        Nurmansyah, Giffar. 2012. “Manusia Sebagai Mahluk Sosial”. (Online). (https://giffarnurmansyah99.wordpress.com/2012/10/07/manusia-sebagai-makhluk-sosial/, diakses 30 September 2015).
·        Haryanto. 2011. “Pengertian Interaksi Sosial”. (Online). (http://belajarpsikologi.com/pengertian-interaksi-sosial/, diakses 1 Oktober 2015)

Komentar

Postingan Populer