Pendapat Mengenai Pemanfaatan Internet Sebagai New Media Dalam Bidang Politik
Saya mengambil rujukan dari jurnal James R. Situmorang, mengenai Pemanfaatan Internet Sebagai New Media Dalam Bidang Politik, Bisnis, Pendidikan Dan Sosial Budaya.
Latar Belakang :
Sebelum ada
internet politik dikenalkan melalui cara – cara tradisional, yaitu dengan
menemui orang satu per satu ataupun dalam sekumpulan massa. Politik sendiri
dilakukan sekelompok orang untuk mencapai tujuan bersama dalam ber organisasi.
Mereka biasanya menyampaikan poin - poin yang ingin di jelaskan mengenai tujuan
mereka agar bisa mendapat dukungan yang disebut juga dengan berkampanye.
Berkampanye biasanya dilakukan seseorang atau sekelompok orang dengan berorasi
di tempat yang bisa menarik perhatian orang banyak. Hal tersebut tentunya
memiliki kelebihan yaitu bisa berkomunikasi langsung dengan masyarakat sehingga
tau apa yang sedang dibutuhkan saat itu. Hal lain yang bisa di lakukan dalam kampanye
adalah dengan memasang baliho atau spanduk di tempat strategis dengan sasaran
yang tepat. Baliho atau spanduk biasanya di gunakan untuk mengenalkan calon
kepala pemimpin ataupun tokohh – tokoh yang ikut serta dalam pengembangan
situasi politik. Hal ini memiliki tujuan yang bersifat persuasif yaitu untuk
mengajak masyarakat untuk memberikan dukungan atau kepercayaan kepada sang
calon dari apa yang mereka lihat. Hal tersebut memiliki kekurangan yang salah
satunya sang tokoh tidak bisa bertemu langsung dengan masyarakat sehingga
masyarakat merasa hal teresebut tidak membuat mereka tertarik. Sebelum adanya
internet kepala pemerintah biasanya mendengar apa keluh kesah yang ada di
sekitar masyarakat dengan turun langsung ke lapangan dan melakukan dialog dengan
masyarakat. Masyarakt juga dulu bisa melihat visi misi dari suatu kelompok
politik hanya dari beberapa kolom di koran maupun acara di televisi. Bagi orang
yang ingin menjadi seorang pemimpin juga harus turun ke lapangan agar bisa
melihat langsung apa yang sedang diperlukan sehingga bisa menyiapkan diri untuk
kedepannya.
Tanggapan :
Jurnal ini memberikan
pandangan dalam bagaimana pemanfaatan pengunaan media yang dahulu yang belum
ada Internet dengan penggunaan media pada era sekarang yang menggunakan internet
dan aplikasi-aplikasi nya. Internet sebagai wajah dari media era baru ikut
berpartisipasi meluaskan prespektif para pengguna media dengan banyak variasi
dalam mendapatkan informasi-informasi yang di inginkan. Jika media lama mempunyai
prespektif yang terbatas dalam mendapatkannya, seperti hanya melihat berita di
televisi ataupun membaca beberapa kolom pada koran. Beda halnya dengan media
baru yang memiliki banyak pilihan untuk menentukan topik informasi dan
sumber-sumber yang ingin di cari seperti melalui blog, sosial media,
aplikasi-aplikasi untuk membaca berita, media berbagi video, dan forum diskusi.
Hal ini bisa membuat informasi yang di cari kadang bisa tidak faktual dan
terpercaya karena banyak sumber-sumber yang tidak terpercaya dalam menyebarkan
berita sehingga kita harus dengan teliti dalam mendapatkan berita yang ada
dengan tidak langsung dipercaya begitu saja dan bisa mengklarifikasi berita
palsu tersebut ke sumber yang terpercaya. Adanya media baru juga
merupakan tanda bahwa semakin banyak variasi yang kita dapat maka semakin tidak
faktual atau terpercaya berita yang kita dapat. Internet juga menciptakan
kemajuan dalam pemanfaatan informasi untuk banyak bidang, seperti politik,
bisnis, pendidikan, dan sosial budaya.
Bidang politik tentunya membuat
bagaimana kegiatan-kegiatan pemerintah yang bisa dilakukan dengan transparan
dan mengangkat kepercayaan masyarakat ke pemerintahan yang sedang berkuasa. Biasanya seorang
calon kepala daerah sudah bisa mencari tahu apa yang dibutuhkan masyarakat dengan
melihat postingan – postingan tentang keluhan di sekitar mereka. Internet dalam
dunia politik juga berpengaruh dalam penilaian individu kepada calon – calon
yang akan maju dalam sebuah pemilihan kepala daerah maupun di skala kepala
pemerintahan. Sehingga Internet menjadi ajang promosi bagi calon – calon
politisi yang ingin maju dalam pemilihan umum. Dampak internet dalam pemilihan
umum bisa dilihat seperti contoh kasus ketika Barack Obama terpilih sebagai
presiden Amerika Serikat untuk periode di tahun 2008, tim suksesnya menggunakan
metode kampanye yang menjadi sorotan banyak pihak. Mereka tanggap memanfaatkan
media yang saat itu sudah digunakan secara aktif oleh 74% total penduduk dewasa
di AS untuk memopulerkan Obama: internet.
Keberhasilan Obama dalam pemilihan presiden saat itu dipandang sebagai sebuah
revolusi dalam pelaksanaan kampanye politik. Internet juga bertujuan menjangkau
banyak kawasan yang tidak sempat di datangi kampanye pada saat seorang politisi
ingin mensosialisasikan sesuatu kepada masyarakat. Internet dimanfaatkan
utamanya untuk menunjukkan bahwa tokoh ataupun partai politik tersebut ”melek Internet” dimana mereka berusaha
menjaring pendukung, simpatisan, teman yang berasal dari kalangan masyarakat
yang sering menggunakan Internet. Biasanya hal ini disebut juga “pencitraan”, yaitu dimana para tokoh
mencari perhatian atau simpati dari orang – orang agar bisa terkenal dan
terlihat baik. Dalam hal tersebut tidak selalu melakukan hal baik, kadang para
tokoh melakukan hal – hal yang menimbulkan sensasi sehingga mereka hanya ingin
menjadi terkenal dan tersorot oleh media.
Politikus
memanfaatkan jejaring sosial dan juga blog pribadi. Hal itu berisi ide,
gagasan, atau kritik yang tengah terjadi di masyarakat. Hal itu bisa menjadi
sebuah penilaian kepada sang politikus agar terlihat cerdas dan juga kritis
dalam menghadapi permasalahan disekitar masyarakat. Internet juga bisa menjadi
hal yang buruk dalam sebuah politik, seperti adanya oknum asing yang
memanfaatkan kelemahan suatu bidang dalam pemerintahan sehingga adanya
penolakan dalam apa yang di lakukan oknum tersebut karena ada hal – hal
sensitif yang dibahas. Seperti yang dicontohkan dalam artikel, Carrefour yang
memiliki 120 toko di lebih dari 30 kota di RRC dituduh mendukung Dalai Lama dan
kelompok-kelompok independen pro Tibet. Seperti diketahui, Cina menganggap
Tibet adalah bagian dari Cina sehingga tidak mengakui Dalai Lama sebagai
pemimpin Tibet. Untuk menghukum Carrefour, beberapa pengguna Internet di Cina
menganjurkan untuk memboikot Carrefour dan mendesak pengguna Internet di Cina
agar mau bergabung dengan cara dikirimi text message dan postingan pada forum
online. Hal – hal negatif yang terus bisa melencengkan tujuan politik pun terus
selalu diawasi. Di Indonesia sendiri, tokoh yang menarik perhatian karena
pemanfaatan internet dan media sosial saat kampanye, hingga saat menjabat
adalah pasangan Jokowi-Ahok. Dengan bantuan relawan sosial media, mereka
menjangkau pengguna Twitter dan Facebook, khususnya untuk meluruskan isu-isu
negatif yang kerap muncul di periode kampanye. Setelah menjabat sebagai
pemimpin DKI Jakarta, mereka tetap memanfaatkan internet untuk mewujudkan
transparansi dalam pelaksanaan pemerintahan propinsi DKI Jakarta.
Kesimpulan :
Internet
seharusnya digunakan untuk mencerdaskan berkehidupan politik, sehingga tidak
ada ranah – ranah negatif dalam menentukan tujuan politik sehat yang transparan
dan juga pro kepada rakyat. Dengan menyebarkan hal – hal baik dalam internet,
bisa membantu dalam mencapai tujuan bersama untuk membangun sebuah lingkungan
yang paham dalam politik, sehingga tidak ada blok yang membenci blok lain.
Karena dalam memilih suatu pilihan hidup tentunya tidak selalu harus sejalan
dengan orang lain. Itulah yang membuat warna politik menjadi bermacam – macam
tetapi memiliki tujuan yang sama.
Sumber :
·
James R. Situmorang. “Pemanfaatan Internet
Sebagai New Media Dalam Bidang Politik,
Bisnis, Pendidikan Dan Sosial Budaya”.
(Online). ( journal.unpar.ac.id/index.php/JurnalAdministrasiBisnis/article/download/418/402,
diakses 24 November 2016 ).
·
Basar Daniel Jevri Tampubolon. “Politik di Sosial
Media: Kritis Agar Tidak Disesatkan”. (Online). (http://www.kompasiana.com/basardaniel/politik-di-sosial-media-kritis-agar-tidak-disesatkan_54f7fbd2a33311ea638b4749,
diakses 15 Desember 2016 ).
Komentar
Posting Komentar